Senin, 12 Januari 2015

Pemandu Lalu Lintas Udara

Bordeaux
Pemandu Lalu Lintas Udara (bahasa Inggris: Air Traffic Controller, ATC) adalah profesi yang memberikan layanan pengaturan lalu lintas di udara terutama pesawat udara untuk mencegah antarpesawat terlalu dekat satu sama lain, mencegah tabrakan antarpesawat udara dan pesawat udara dengan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi. ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller juga berperan dalam pengaturan kelancaran arus lalu lintas, membantu Pilot dalam mengendalikan keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (seperti informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara). ATC adalah rekan terdekat pilot selama di udara, peran ATC sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktivitas pesawat di dalam Manoeuvring Area diharuskan mendapat mandat terlebih dahulu dari ATC, yang kemudian ATC akan memberikan informasi, instruksi, Clearance/mandat kepada Pilot sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan. ATC merupakan salah satu media strategis untuk menjaga kedaulatan suatu wilayah/suatu negara.[1]


Bahasa 

Sesuai yang disyaratkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), Operasi pemanduan lalu lintas udara menggunakan English language atau bahasa yang digunakan oleh Ground Station.[2] Bahasa ibu suatu wilayah sering juga digunakan dalam pelaksanaannya, namun English language diatur dalam standar bahasa yang dikenal sebagai Phraseologies harus digunakan jika diminta untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.[2]. Setiap petugas pelayanan dan pemanduan lalu lintas udara wajib mengenal dan mahir menggunakan standar Phraseologies.

Sertifikasi

Di Indonesia, Pemandu lalu lintas udara akan diberikan lisensi atau sertifikat kecakapan apabila berusia sekurang-kurangnya 21 tahun, lulus pemeriksaan kesehatan sekurang-kurangnya level 3, lulus pelatihan yang tidak kurang dari 3 bulan di tempat yang diakui secara hukum dan telah menguasai beberapa pengetahuan berikut ini selama menempuh pendidikan dan pelatihan[3]: 
Sertifikat Kecakapan tersebut akan diberikan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara, setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan sesuai dengan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil bagian 69.

Tujuan Pelayanan Lalu Lintas Udara

Berikut ini adalah tujuan pelayanan lalu lintas udara yang diberikan oleh ATC berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170[4]:
  1. Prevent collisions between aircraft;
  2. Prevent collisions between aircraft on the manoeuvring area and obstructions on that area;
  3. Expedite and maintain an orderly flow of air traffic;
  4. Provide advice and information useful for the safe and efficient conduct of flights;
  5. Notify appropriate organizations regarding aircraft in need of search and rescue aid, and assist such organizations as required.
Ruang Operasi

ATC melakukan pengaturan lalu lintas udara di Menara/(Tower) untuk Aerodrome Control Tower, agar dapat melihat dengan jelas keadaan runway Landas pacu, sedangkan untuk Approach Control Unit dan Area Control Centre berada di ruangan yang letaknya berdekatan dengan Menara/(''Tower'') untuk memudahkan koordinasi. Namun tidak semua bandar udara menerapkan kondisi demikian, disesuaikan dengan kondisi lalu lintas udara dan kepadatannya.

Beban Kerja

Tower Bandara Soetta - Jakarta (WIII)
Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi, jam kerja di ATC diatur secara bergiliran berdasarkan "possition log" atau “shift” [6]. Pada Aerodrome Control Tower, bidang pekerjaannya yang dibagi dalam beberapa unit, di antaranya Clearance Delivery, unit yang memberi informasi semua Rute Pelayanan Lalu Lintas Udara/ ATS Route, ketinggian pesawat yang diminta atau diizinkan untuk terbang ke tujuan. Ground Control, mengatur semua pergerakan mulai pesawat itu push back, sampai pesawat ke taxiway, menanti di ujung runway untuk take off. Assistant Tower Controller, tugasnya membantu aktivitas tower controller. Tower Controller sendiri mengatur take off dan landing pesawat.

Sekalipun jam kerja sudah diatur, setiap rutinitas pasti ada kejenuhannya. Namun karena pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa penumpang pesawat, dengan fokus dan tanggung jawab profesi, ATC diharuskan untuk tidak merasakan kejenuhan ketika bekerja. Pada hal ini Penyedia layanan pemanduan lalu lintas udara wajib menerapkan pola manajemen stress pada beban kerja ATC dan manajemen keselamatan. Menurut Dokumen 9426 Air Trafic Planning Manual, pemimpin unit pemandu lalu lintas udara (unit chief controllers) dan para petugas evaluasi (evaluation officers) perlu selalu waspada atas tanda–tanda stres pada anggota stafnya dan mestinya tidak ragu–ragu untuk membantu meringankannya. Pada langkah ini, suatu diskusi informal supervisor dengan pegawai pelaksana sering dapat menghindari hilangnya kecakapan secara progresif. Ini dapat juga meningkatkan keselamatan operasi unit yang terkait. [7]

Air Traffic Control Pertama Di Dunia

Bila ditarik ke belakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai 2 dekade setelah Wright bersaudara menemukan pesawat pada tahun 1903. Tidak lama setelah Perang Dunia Pertama (PD I) berakhir orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki potensi keuntungan dan komersial. Pada saat inilah beberapa perusahaan penerbangan komersial terbentuk. Pada akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di Eropa seperti KLM di Belanda, dua perusahaan penerbangan Perancis, satu di Belgia, dan delapan di Inggris.

Tahun 1922 setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon, London, pihak DGCA Inggris mengeluarkan Notam 62/1922 yang isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan berangkat untuk mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off dari ‘controller’. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah ditemukan bahwa bendera ini tidak dapat terlihat pada beberapa tempat di Croydon karena memiliki slope miring pada satu sisi, posisi bendera ini dipindahkan ke salah satu balkon pada gedung tertinggi. Pada bulan Juli 1922 di Croydon dibangun sebuah tempat observasi yang sekelilingnya bermaterial kaca. Bangunan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi nirkabel. Selanjutnya, ‘tower’ ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh penerbangan di bandara Croydon. Sang operator menusukkan pin pada peta yang tersedia tidak lama setelah menerima laporan posisi pesawat, dan berdasarkan perhitungannya sendiri, menjalankan pin tersebut sesuai dengan rute pesawat yang bersangkutan.

Apabila diperkirakan dua pesawat akan saling melewati, sang operator akan menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya ‘Advisory Service’ yang pertama. Selanjutnya pada Notam 109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi “When the aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be given from the tower…”. Inilah pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada tahun 1926 sistem pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic Control dan petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi ‘control’ secara resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa gentlements agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 saat disepakati bahwa controller tidak hanya memberi informasi pada pilot mengenai keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah terbang (direction) untuk menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic controller pertama di dunia?

Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control yaitu menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi yang kedua. Karena sementara Orville Wright melakukan 12 detik penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa yang mungkin saat ini kita sebut sebagai ‘operational watch’. Untuk dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari mengikuti pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya dan menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur memerhatikan dengan sangat saksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat kurang lebih 120 kaki di depannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memerhatikan penerbangan yang dilakukan saudaranya dengan saksama sampai akhirnya mendarat 852 kaki di depannya!

Sumber  : Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar